04 Nov, 2024
KEBERSAMAAN WARGA LOKAL SELAMA EKSPEDISI
Habitat Development
Baru-baru ini, Tim Perlindungan, Pengamanan Hutan, dan Kebakaran (PPHK), PT. Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (PT. RHOI) melakukan patrol pengamanan kawasan di bagian utara Hutan Kehje Sewen. Patrol ini dimulai dari Kamp Lesik di kilometer 103, sampai dengan kilometer 128. Tim kami yang terdiri dari 3 orang; Rio, Teguh, dan Mardi berangkat di pagi hari dengan menumpangi mobil para driver logistik. Rombongan berangkat dari Pelangsiran menuju daerah bernama Metun.
Baca juga: PERJALANAN PENANAMAN DI HUTAN KEHJE SEWEN
Selama di perjalanan, tim kami banyak berbincang dengan para driver logistik. Berdasarkan informasi yang didapat, jalur yang digunakan dari Kamp Lesik menuju Metun sudah lama tidak pernah dilewati sejak sebelum bulan Maret lalu. Oleh karena itu, tim dan rombongan banyak melewati berbagai macam tantangan, seperti longsoran, jalur amblas, dan pohon tumbang yang menghalangi jalur utama. Ketika sampai di kilometer 113, rombongan memutuskan untuk bermalam dan kembali melanjutkan perjalanan pada keesokan hari.
Keesokan harinya, tim sampai di kilometer 116. Di areal tersebut, ditemukan adanya bekas aktivitas masyarakat lokal karena terdapat bekas kamp darurat yang sudah tidak terpakai. Berdasarkan informasi dari para driver logistik, pondok tersebut dibangun dan sempat digunakan oleh para pencari Gaharu. Setelah mengambil dokumentasi, tim kembali melanjutkan perjalanan ke kilometer 128. Sesampainya di tujuan, tim bergegas untuk membersihkan diri dan bersiap untuk memasak hidangan malam bersama.
Baca juga: PENGALAMAN MENGAMATI ORANGUTAN
Malam itu tim PPHK kami bersama dengan para driver logistik, dan dua orang warga lokal berbincang-bincang sembari menikmati makan malam dan kopi hangat. Pak Edi, salah satu warga bercerita bahwa ia sudah berada di kilometer 128 selama kurang lebih 40 hari terakhir untuk mencari Gaharu. Namun, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersama rombongan driver logistik menuju Krayan, Kalimantan Utara karena tidak menemukan hasil apapun. Pak Edi juga bercerita bahwa profesinya sebagai pencari gaharu memiliki risiko besar dengan hasil yang tidak menentu.
Bekerja di hutan dan membaur bersama masyarakat lokal bukanlah perkara mudah. Perbedaan latar belakang membuat tim kami semakin menghargai toleransi, terlebih setelah perbincangan dengan Pak Edi. Sebagai penanggung jawab pengamanan hutan, tentu tim PPHK PT. Restorasi Habitat Orangutan Indonesia akan terus melakukan pengawasan dan pendampingan tehadap aktivitas serupa agar tidak terjadi adanya aksi vandalisme dan eksploitasi hasil hutan yang terlalu masif.
Teks oleh: Tim RE-PPHK, PT. RHOI di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur