27 Mei, 2024
JELARANG BILALANG: SI BAJING PEMALU
Keanekaragaman Hayati
Saat tim Post-Release Monitoring (PRM) menelusuri jalan di sekitar kamp, terdengar serpihan ranting yang bergoyang di atas pohon. Setelah dilihat lebih jelas, mereka menemukan mamalia kecil dengan ukuran tubuh coklat keemasan dengan ekor hitam tengah bersiap-siap untuk melompat. Bisa menebak? Hewan tersebut adalah Ratufa affinis atau masyarakat lokal biasa menyebutnya sebagai jelarang bilalang.
Jelarang bilalang merupakan bajing berukuran besar yang memiliki berat tubuh mencapai 1,5 kg. Jelarang bilalang memiliki panjang tubuh berkisar 38 cm dan panjang ekor berkisar 44 cm. Keunikan jelarang bilalang di Kalimantan yaitu memiliki warna tubuh cenderung lebih gelap dibandingkan dengan jelarang bilalang di wilayah persebaran lainnya yang cenderung berwarna pucat.
Baca juga: HARI KEANEKARAGAMAN HAYATI INTERNASIONAL 2024
Walau tubuhnya terbilang lebih besar dari bajing lainnya, ternyata jelarang bilalang merupakan hewan soliter atau tidak berkelompok. Biasanya individu spesies ini hanya berinteraksi dengan individu lain saat waktu kawin. Tidak hanya penyendiri, jelarang bilalang adalah hewan arboreal yang senang menghabiskan waktu di atas kanopi pohon berlarian dan melompat dari satu ranting ke ranting lainnya untuk mencari makan seperti daun-daunan, kulit kayu, buah, biji-bijian, bahkan serangga. Tak jarang mereka pergi ke bagian bawah pohon hanya untuk mengumpat dari predator yang memangsanya seperti elang. Spesies ini dikelompokkan sebagai hewan diurnal yang aktif pada pagi hari hingga sebelum matahari terbenam.
Jelarang bilalang hidup di habitat hutan hujan tropis, spesies ini hanya dapat ditemukan di beberapa hutan Asia Tenggara saja seperti Brunei Darussalam, Malaysia dan Indonesia khususnya pada hutan Kalimantan dan Sumatera. Sebagai penghuni hutan hujan tropis, jelarang bilalang dapat berperan sebagai pemencar biji yang akan tumbuh meregenerasi hutan.
Baca juga: KUKUK BELUK YANG PENUH TEKA-TEKI
Sayangnya jelarang bilarang masuk ke dalam status “Hampir Teramcam” pada International Union for Conservation of Nature (IUCN), bahkan terkatagori Appendix II dalam Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). Populasi bajing ini telah menurun secara signifikan karena perburuan dan hilangnya habitat. Selain itu, mereka juga mungkin berisiko punah jika ancaman ini tidak ditangani.
Setidaknya di lokasi pelepasliaran kami, kami senang melihat spesies ini berkembang dan berkontribusi terhadap ekosistem. Kami akan terus bekerja dalam payung tim Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI) untuk melestarikan hutan-hutan ini sebagai rumah bagi jelarang bilalang dan spesies lainnya yang tak terhitung jumlahnya!
Teks oleh: Hana Iffatalya, Mahasiswa Magang Program Japan Environmental Education Forum (JEFF) Batch 6, Sompo Environmental Foundation