Salah satu yang menyenangkan bekerja di tengah hutan ialah menemukan banyak hal tidak terduga setiap harinya. Seperti salah satu pengalaman tim Post-Release Monitoring (PRM) kami yang bertugas di sisi selatan Hutan Kehje Sewen, Kamp Nles Mamse.

Pada saat sore hari ketika tim PRM kami menghabiskan waktu dengan bermain badminton tiba-tiba terdengar suara burung julang emas (Rhyticeros undulatus). Setelah ditelisik lebih lanjut, ternyata ada sepasang julang emas yang sedang bertengger di batang pohon meranti (Shorea macroptera). Salah satu tim kami, Welem dengan segera mengambil kamera agar tidak ketinggalan momen untuk mengabadikan kedatangan mereka.

Baca juga: RANGKONG GADING: SIMBOL KESETIAAN MASYARAKAT DAYAK

Julang emas merupakan satwa dimorfik yang mana perbedaan fisik antara jantan dan betinanya terlihat sangat jelas. Individu julang emas jantan (kiri) memiliki wajah dan leher berwarna putih gading dengan tengkuk berwarna merah bata, sedangkan julang emas betina (kanan) memiliki wajah, leher, dan tengkuk berwarna hitam. Julang emas jantan memiliki kulit kantung tiup berwarna kuning, sedangkan betinanya berwarna biru. Adapun ukuran tubuh keduanya mencapai 85 cm dengan berat jantan berkisar antara 1,6-3,6 kg, sedangkan betina 1,3-2,7 kg.

Julang emas juga dikenal sebagai satwa monogami. Sang jantan hanya akan kawin dengan satu betina seumur hidupnya. Selama masa bertelur, Julang emas jantan bertugas mencari pakan untuk keluarga kecilnya, sedangkan si julang emas betina betugas mengerami telurnya di dalam sarang. Julang emas jantan biasa menyimpan pakan hasil buruannya di dalam tembolok. Setelah sampai di sarang, julang emas jantan akan mengeluarkan satu per satu pakan dari temboloknya ke ujung paruh dan nyuapi pasangannya. Makanan utama burung ini ialah buah-buahan seperti ficus. Akan tetapi, burung ini juga memakan satwa kecil lainnya seperti serangga dan reptil kecil lainnya.

Baca juga: RANGKONG, PENYEBAR BENIH DI KEHJE SEWEN

Keberadaan julang emas merupakan indikator bahwa ekosistem tersebut masihlah sehat. Sayangnya, mereka kini masuk kategori rentan kepunahan oleh IUCN Red List sejak 2018. 

Yang berbeda pada sore itu adalah sepasang julang emas yang seolah menikmati senja di penghujung hari setelah lelah menjelajahi setiap sudut Hutan Kehje Sewen. Selain sebagai tempat hidup orangutan, Hutan Kehje Sewen juga dihuni berbagai macam satwa tidak terkecuali burung julang emas ini.  Untuk itu, penting bagi kita juga untuk menjaga kelestarian ekosistem untuk sumber kehidupan satwa-satwa eksotis ini!

Teks oleh: Tim PRM di Kamp Nles Mamse, Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur