05 Agu, 2024
SEMARAK KEMERIAHAN LAQ PESYAI: TRADISI UNIK SUKU DAYAK WEHEA
Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Dayak Wehea sampai saat ini ialah Laq Pesyai. Laq Pesyai sendiri merupakan ritual pembuka dari rangkaian pesta panen padi atau Lom Plai untuk masyarakat Dayak Wehea. Kali ini, tim pemberdayaan masyarakat kami di Kecamatan Muara Wahau berkesempatan mengikuti rangkaian acara ini sampai akhir.
Masyarakat, baik tua–muda sampai pria–wanita saling bahu membahu bekerja untuk kelancaran proses kegiatan ini sesuai dengan tugasnya. Satu sama lain saling berusaha memainkan perannya dan menyelesaikan tugasnya masing-masing dengan sangat baik.
Baca juga: RITUAL PANEN PADI DAYAK WEHEA
Pagi hari saat Laq Pesyai berlangsung, seluruh masyarakat menggunakan perahu dan mulai turun ke sungai untuk menuju bagian hulu Sungai Wehea. Lokasi upacaranya sendiri juga tidak bisa sembarangan. Biasanya, lokasi ini ditetapkan sehari sebelumnya setelah paluhan gong pertama penanda rangkaian pesta rakyat akan segera dimulai.
Kaum laki-laki berangkat terlebih dahulu untuk menyiapkan lokasi yang telah ditentukan. Mereka bergotong-royong membersihkan tempat, mendirikan pondok atau pea sebagai tempat istirahat dan makan bersama, dan membuat rakit untuk penutupan tradisi Laq Pesyai.
Pea dibuat menggunakan material alam tanpa menggunakan paku atau tali plastik. Pondasi pea menggunakan potongan pohon-pohon besar yang disusun rapi dan ditancapkan langsung pada tanah. Kemudian batang-batang kayu kecil dan bambu disusun rapi sebagai alas duduk yang dirakit menggunakan rotan.
Baca juga: PERAN PEREMPUAN DALAM MELESTARIKAN BUDAYA DAYAK WEHEA
Sementara itu, atap pea dibuat dari batang dan daun aren yang disusun rapat dan dihias dengan pengsut atau sulur buatan dari rautan batang kayu glen dan helaian daun aren yang masih muda. Selain pea, kaum laki-laki juga menyiapkan tungku arang untuk membakar nasi lemang atau pluq dalam bahasa Dayak Wehea.
Sementara kaum laki-laki menyiapkan tempat, kaum perempuan mempersiapkan kebutuhan untuk makan bersama. Masakan yang disajikan pada tradisi Laq Pesyai biasa disebut dengan cokbleh atau sokbleh yang kemudian dihidangkan bersama dengan pluq. Pluq sendiri terbuat dari olahan beras ketan yang dicampur dengan santan putih dan gula merah yang kemudian dibakar di dalam bambu. Perpaduan antara sokbleh dengan pluq semakin nikmat dengan ikan yang dibakar dan sambal psooh atau sambal khas masyarakat Dayak Wehea.
Masakan yang telah siap kemudian disajikan dan disusun di atas pea. Seluruh masyarakat yang sudah saling bahu membahu saling berkumpul untuk menyantap masakan bersama-sama. Setelah makan bersama selesai, kaum laki-laki kemudian akan melanjutkan tugas mereka untuk membuat rakit. Rakit dibuat dari pohon-pohon besar di hutan dan diikat menjadi satu menggunakan rotan.
Baca juga: RHOI MEMBANTU RITUAL NAQ LOM TETAP TERSELENGGARA
Meski masyarakat sudah menggunakan perahu ketinting yang lebih modern, tetapi pembuatan rakit masih dilakukan untuk melengkapi rangkaian acara Laq Pesyai. Perahu ketinting juga digunakan untuk menarik rakit yang telah siap digunakan untuk perjalanan pulang. Sembari rakit berlayar, tetua kampung akan kembali memukul gong untuk memberikan tanda bahwa tradisi Laq Pesyai sudah selesai. Semua orang, termasuk tim kami yang ikut dalam rangkaian acara Laq Pesyai juga diberikan coretan pada wajah menggunakan arang sebagai pertanda telah mengikuti tradisi Laq Pesyai tahun ini.
Teks oleh: Tim Pemberdayaan Masyarakat di Muara Wahau, Kalimantan Timur