26 Jun, 2023
LINDUNGI AYAM PEGAR KALIMANTAN!
Keanekaragaman Hayati
Pagi hari, saat cuaca masih berkabut, terdengar suara kokokan ayam yang terus-menerus berasal dari depan kamp. Saat saya mencoba mencari asal suara, terlihat dua ekor ayam yang saling menatap satu sama lain, satu di antaranya adalah ayam jago yang kami pelihara di kamp dan satu lainnya adalah ayam hutan betina khas Kalimantan yang dikenal dengan nama lokal "ayam pegar".
Ayam pegar betina memiliki bulu utama kecoklatan, jambul yang tebal, tubuh bagian bawah berwarna hitam putih dan berbintik-bintik. Adapun ayam pegar jantan memiliki jambul yang lebih panjang dengan bulu hitam kebiruan, ekor coklat kemerahan dengan iris mata berwarna merah, dan kulit mukanya berwarna biru. Burung ini masuk ke dalam daftar merah “Spesies Terancam” oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Dalam pertemuan pagi itu, kedua ayam tampak ingin bersama tetapi perbedaan memisahkan mereka. Ayam jago kembali ke kandangnya, sementara ayam hutan kembali masuk ke dalam hutan.
Ayam pegar memiliki kebiasaan hidup dalam kelompok kecil dengan hanya satu ekor pejantan. Mereka tinggal di hutan yang gelap dan mencari makan di sekitar pohon yang tumbang atau di bawah pohon buah-buahan dengan cara mengais dari lantai hutan atau cela-cela pohon yang tumbang seperti ayam pada umumnya. Selain itu, ayam pegar juga termasuk pelari cepat dan kadang-kadang mampu terbang lompat untuk jangka waktu yang pendek.
Meskipun dahulu ayam pegar sering terlihat di lantai hutan, kini populasinya semakin jarang terlihat. Hal ini disebabkan oleh aktivitas perburuan dan kerusakan habitat yang semakin merajalela. Banyak habitat asli ayam pegar yang telah hilang akibat penebangan hutan, perkebunan, dan proyek pembangunan lainnya yang mengubah lingkungan hidupnya.
Berkurangnya jumlah populasi ayam pegar juga berdampak pada keseimbangan ekosistem serta keragaman hayati. Oleh karena itu, penting untuk melakukan upaya konservasi dan perlindungan terhadap spesies ayam ini agar dapat mempertahankan keberadaannya di masa depan. Upaya-upaya tersebut dapat meliputi pengurangan perburuan liar, pengembangan kawasan konservasi, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan satwa liar.
Teks oleh: M. Krisdianto Wahyudi di Kamp Lesik, Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur