17 Apr, 2023
FAUNA EKSOTIS DI HUTAN KEHJE SEWEN
Keanekaragaman Hayati
Dalam empat belas tahun terakhir, tim Post-Release Monitoring (PRM) kami telah bertemu dengan berbagai satwa liar yang mendiami kawasan Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur. Satwa-satwa tersebut hidup berdampingan dan memainkan peran penting dalam keberlangsungan ekosistem di Hutan Kehje Sewen.
Baning Cokelat (Manouria emys emys)
Baning cokelat (Manouria emys emys) adalah kura-kura darat terbesar di Asia dengan cangkang atau karapas yang berbeda dengan spesies lainnya. Ia memiliki empat kaki yang kokoh dan ditutupi dengan sisik-sisik kasar. Sisik ini berfungsi melindunginya dari duri dan berbagai benda tajam selama ia menerabas semak belukar di lantai hutan. Sayangnya, satwa ini masuk ke dalam daftar merah ‘sangat terancam punah’ menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Baca cerita lengkapnya dalam Kura-Kura Terbesar di Asia.
Rangkong Gading (Rhinoplax vigil)
Rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah satu-satunya jenis rangkong atau enggang yang memiliki balung dari keratin padat. Ia banyak ditemukan di hutan dataran rendah semi hijau dan selalu hijau di Kalimantan, Sumatra, dan Semenanjung Malaysia. Rangkong juga merupakan satwa yang dikenal sebagai “petani hutan” karena perannya dalam menebar biji-bijian. Sayangnya, burung ini merupakan jenis yang paling terancam punah di Indonesia. Baca cerita lengkapnya dalam artikel berjudul Rangkong Gading: Simbol Kesetiaan Masyarakat Dayak.
Kupu-Kupu Saga (Polyura hebe)
Kupu-kupu saga (Polyura hebe) memiliki sayap berbatas hitam yang menonjolkan 'ekor' pendek dan gemuk. Spesies cantik ini ditemukan di habitat hutan pada ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut dan memiliki kecepatan yang tinggi ketika terbang. Batas hitam pada sayap sedikit lebih lebar pada kupu-kupu betina, tetapi lebih sempit dan lebih tajam pada jantan. Ketahui lebih mendalam mengenai keterkaitan hidup kupu-kupu dengan orangutan dalam artikel kami yang berjudul Kupu-Kupu bagi Keberlangsungan Hidup Orangutan.
Pelatuk Raffles (Chloropicoides rafflesii)
Pelatuk raffles (Chloropicoides refflesii) memiliki jambul merah terang berukuran sedang dengan tubuh cokelat berwarna zaitun. Bagian kepala dan lehernya bergaris hitam-putih, cukup kusam dan gelap untuk jenis pelatuk berpunggung emas. Burung ini mendiami hutan dataran rendah dan perbukitan. Ia mencari makan, baik di tajuk pohon, tengah, maupun dekat tanah. Ketahui lebih lanjut mengenai pengalaman tim PRM kami saat menjumpai burung ini dalam artikel berjudul Burung Pelatuk Raffles, Si Pemahat Kayu yang Mahir.
Burung Biru-Laut Ekor-Hitam (Limosa limosa)
Burung biru-laut ekor-hitam (Limosa limosa) adalah burung pemangsa ikan-ikan kecil memiliki paruh yang panjang dan lurus tipis melengkung dengan kaki jenjang untuk beradaptasi pada lingkungan lumpur atau pasir. Ciri lain dari burung ini ialah bagian pangkal perutnya berwarna putih dan berwarna hitam pada bagian tunggirnya yang menjadikan burung ini disebut Biru-laut ekor-hitam. Ketahui cerita lengkap saat burung ini mampir di Kamp Lesik dalam artikel Imigran Baru Kamp Lesik.
Macan Dahan (Neofelis nebulosa)
Macan dahan (Neofelis nebulosa) adalah kucing liar dan pemangsa terbesar yang diketahui terdapat di pulau Kalimantan. Ia memiliki badan yang kekar dengan berat antara 12-25 kg dan panjang sekitar 90 cm. Gigi taringnya sepanjang 5 cm dan merupakan gigi taring terpanjang jika dibandingkan dengan spesies kucing lainnya yang masih ada. Baca cerita lengkapnya mengenai perjumpaan tim PRM kami dengan kucing ini dalam Bayi “Kucing” Terbesar Di Hutan.
Owa Kalawat (Hylobates muelleri)
Owa Kalawat (Hylobates muelleri) merupakan salah satu jenis primata yang mendiami kawasan hutan Juq Kehje Swen selain orangutan dan monyet ekor panjang. Primata ini merupakan salah satu satwa endemik yang hanya dapat ditemukan di Kalimantan. Baca cerita lengkap tentang bagaimana tim PRM kami menjumpai mereka dalam Owa Kalawat, Primata Endemik Kalimantan yang Terancam Punah.
Sikatan Melayu (Cyornis turcosus)
Sikatan melayu (Cyornis turcosus) adalah burung kecil berukuran 13 cm dengan bulu yang didominasi warna biru tua. Burung ini memiliki kicauan yang lembut dan merdu. Sikatan Melayu tersebar di sepanjang Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Ketahui lebih lanjut tentang bagaimana burung ini sering kali terlihat di sekitar kamp tim PRM kami dalam Sikatan Melayu: Salah Satu Penyanyi Andal Kehje Sewen.
Binturung (Artictis binturong)
Binturung (Artictis binturong) memiliki rambut berwarna hitam dengan kombinasi abu-abu putih pada wajah dan tubuhnya. Pada telinga dan kumisnya juga ditumbuhi rambut khas berwarna cokelat keemasan. Ia memiliki ekor kuat yang dapat digunakan untuk bergantung pada dahan. Ia merupakan mamalia arboreal yang sering terlihat di atas pohon daripada di atas tanah. Baca lebih lengkap mengenai Binturung dalam artikel kami yang berjudul Binturung: Si Tetangga Misterius.
Ular Pucuk (Ahaetulla prasina)
Ular pucuk (Ahaetulla prasina) memiliki bentuk kepala yang runcing seperti anak panah dan warna hijau menyala yang menyerupai pucuk daun. Ular ini tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ular ini biasa beraktivitas pada siang hari di pepohonan. Ular ini sangat menyukai habitat berupa hutan primer dan sekunder di dataran rendah, daerah perkebunan, dan semak-semak. Ketahui lebih lanjut mengenai bagaimana ular ini berkamuflase di antara semak-semak dekat kamp tim PRM kami dalam Si Ular Pucuk.
Temuan-temuan tersebut menandakan bahwa Hutan Kehje Sewen merupakan rumah yang nyaman bagi satwa-satwa tersebut hidup berdampingan dengan orangutan. Mari tetap menjaga kelestariannya agar keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya juga tetap seimbang.
Empat belas tahun sudah, Rehabilitasi Habitat Orangutan (RHO) telah menjadi bagian dari Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) dalam pelestarian habitat orangutan di Hutan Kehje Sewen dan akan terus bekerja optimal untuk menyediakan lebih banyak habitat alami bagi orangutan dan satwa-satwa lainnya.
Teks oleh Tim Komunikasi Kantor Pusat Yayasan BOS, Bogor, Jawa Barat