19 Feb, 2024
MELODI TERSEMBUNYI DARI HUTAN
Keanekaragaman Hayati
Kucica hutan (Copsychus malabaricus) atau lebih dikenal dengan Murai Batu merupakan kelompok burung dari famili Muscicapidae. Burung ini berukuran sekitar 27 cm dan memiliki bulu yang indah serta ekor yang panjang menjuntai.
Burung ini banyak hidup di hutan sekunder dengan aktivitas semi terestrial, terbang pada ketinggian rendah, dan sering mencari makan pada lantai hutan seperti cacing maupun serangga sebagai salah satu makanannya.
Baca juga: LAYANG-LAYANG BATU: MENYAPA DENGAN ANGGUN
Murai batu sangat senang berkicau pada pagi hari dan terdengar suara kicau yang intonasinya rumit, indah dengan nyanyian merdu bervariasi. Mereka juga mampu menirukan suara kicau burung lainnya, bahkan suara-suara rumah tangga jika terpapar dengan aktivitas manusia. Selain keindahan mereka, keterampilan vokal mereka telah membuat mereka menjadi target para penggemar burung kicau. Hal ini yang menjadikan murai batu memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi untuk diperdagangkan dan banyak diburu sebagai burung peliharaan di kalangan pecinta burung.
Baca juga: LINDUNGI HUTAN, LINDUNGI ENGGANG
Sayangnya, akibat eksploitasi yang berlebihan dan menurunnya habitat alami burung ini, populasi burung ini mengalami penurunan meskipun saat ini murai batu masih menyandang status “Least Concern” atau berisiko rendah menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Diperlukannya aturan-aturan ketat dalam kontes burung seperti pelarangan penggunaan burung kontes yang berasal dari alam atau hanya memperbolehkan burung kontes hasil penangkaran untuk memastikan bahwa murai batu tidak jatuh ke dalam kategori “Vulnerable” atau Rentan dalam evaluasi selanjutnya.
Baca juga: BURUNG BERKUMIS DARI KEHJE SEWEN
Maraknya breeder atau penangkaran murai batu turut berpartisipasi membuat suplai dari permintaan pecinta burung dapat terpenuhi sehingga tidak lagi mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Meskipun begitu, penting untuk tetap menjaga keberadaannya dan tidak menurunkan populasinya di alam liar.
Teks oleh: Tim PRM Nles Mamse, Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur