14 Jun, 2021
PERAN MILENIAL DAYAK WEHEA MENJAGA BUDAYA & TRADISINYA
Pemberdayaan Masyarakat
Di tengah merebaknya globalisasi dan budaya pop dalam keseharian kita, generasi muda Dayak Wehea di Kalimantan Timur berusaha menjaga keutuhan budaya dan tradisinya. BOS Foundation bekerja sama dengan organisasi mitra Save the Orangutan (StO), dengan dukungan dana dari CISU (Civilsamfund i Udvikling/Civil Society in Development) melihat bagaimana para anak muda ini tetap setiap pada warisan budaya mereka. Proyek mereka bertujuan untuk memberdayakan masyarakat asli Dayak Wehea melalui penguatan organisasi terkait budaya dan tradisi, ditambah peningkatan kapasitas masyarakat demi pengakuan hak atas masyarakat adat.
Menerima tongkat estafet dari generasi sebelumnya, milenial Dayak Wehea bekerja untuk melestarikan budaya warisan. Salah satu pemuda bernama Oktavianus ‘Glen’ Yen, mendorong sesama pemuda-pemudi Dayak Wehea untuk terus melaksakan tradisi unik mereka. Alumni Universitas Sanata Dharma Jurusan Pendidikan Agama Katolik, saat ini Glen bekerja di kantor Desa Nehas Liah Bing sebagai staf Kesejahteraan Masyarakat.
Glen tergabung di Explore Wehea, sebuah forum yang mempromosikan budaya Dayak Wehea. Explore Wehea terbuka bagi muda-mudi Wehea, bahkan bagi orang luar, karena Explore Wehea membolehkan siapa pun mempelajari dan menggali budaya Dayak Wehea.
Salah satu fokus komunitas itu adalah mendokumentasikan berbagai kegiatan di desa. “Saya suka memotret dan membuat video, jadi setiap ada kegiatan adat di desa, saya berusaha hadir dan mendokumentasikan momen-momen yang ada. Tapi saya sejauh ini belum pernah mendokumentasikan acara adat kematian atau sejenisnya,” ujar Glen.
Glen mengatakan ingin mengumpulkan wawancara dari anggota masyarakat adat untuk melengkapi koleksi dokumentasinya. Namun, ia menyadari keterbatasan alat yang ia gunakan. Glen sejauh ini mengandalkan ponselnya untuk melakukan pengambilan foto, video, penyuntingan gambar, dan pengunggahan di media sosial.
“Sejauh ini gambar-gambar yang terbaik diambil oleh professional dari luar masyarakat kami. Kami anak-anak muda Dayak Wehea perlu merasa tertantang untuk peduli dan melestarikan semua hal terkait cara hidup di desa kami, apakah itu terkait alam atau budaya,” tutur Glen mengakui kekurangan yang ada.
Glen mengatakan bahwa jika seseorang peduli kepada acara adat atau nilai tradisional, kendati tidak memahami sepenuhnya, itu adalah bentuk penghargaan terhadap adat mereka. Pemahaman memang bisa butuh waktu, namun kepedulian harus segera ada. Ia berharap banyak rekan-rekannya merasakan hal yang sama.
“Saya melihat banyak pemuda-pemudi Dayak Wehea yang peduli, namun sering dibatasi pemahaman akan nilai dan tata cara kegiatan adat. Mungkin hal ini akibat kekurangan ruang diskusi untuk memperdalam pemahaman tersebut. Hal ini terjadi akibat selama ini kurang sekali wadah untuk hal inim dan rata-rata kami pemalu. Kami, anak-anak Dayak Wehea rata-rata segan bertanya kepada orangtua kami,” Glen mengakui.
Glen berpesan bagi rekan-rekannya generasi muda Dayak Wehea, “Mari kita lebih peduli terhadap manusia dan alam, dan tidak takut melakukan hal yang baik. Pertama kita perlu peduli, bukan hanya kepada manusia tetapi juga terhadap seluruh makhluk hidup di alam. Kita juga harus berani, karena kepedulian terhadap sesama dan alam akan memunculkan berbagai tantangan. Jangan pantang menyerah, jangan takut, karena niscaya semesta akan mendukung kita,”.
Teks oleh: Tim Pemberdayaan Masyarakat BOSF-RHO